Dum Spiro Spero
SETIAP detik dan instan sesingkat apapun yang
berlalu, selalu dapat disadari sebagai peluang dan kesempatan bagi
manusia untuk hidup. Hidupnya ditandai secara sangat nyata oleh masih
adanya nafas. Nafas bukanlah hidup atau nafas tidak sama dengan hidup.
Namun, masih adanya nafas dalam diri manusia memberi pertanda yang tak
terbantahkan bahwa manusia masih hidup.
Ada kearifan klasik yang menyatakan, dum spiro, spero, selagi
kubernafas, selama itu aku tetap punya harapan. Di dalam hidup yang
masih mengandung harapan itulah, manusia menentukan pilihan-pilihan
sebagai sasaran atau tujuan yang harus diraih sebagai pemenuhan harapan
dengan usaha dan perjuangan. Dengan meraih pilihan-pilihannya, manusia
mewujudkan harapannya, dan sekaligus memberi arti bagi hidupnya, bagi
hidup sesamanya, dan bagi kehadiran lingkungannya.
Hidup manusia yang penuh harapan yang bermuatan pilihan-pilihannya
pasti berlalu bersamaan dengan berlalunya waktu. Betapa sia-sianya hidup
ini jika berlalu tanpa adanya harapan untuk meraih pilihan.
Masa setahun harus diisi dengan harapan untuk menentukan
pilihan-pilihan yang harus diperjuangkan agar membuat hidup ini lebih
mulia, lebih bermartabat, dan membahagiakan.
Sebagai bangsa yang dibangun oleh rakyat yang terdiri dari individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat nusantara yang majemuk, kita pun
sadar bahwa kita masih hidup atau eksis sebagai sebuah bangsa, yang
mengorganisasikan diri dalam wujud sebuah Negara, lalu hidup bersama
dan bekerja sama di atas sebuah tanah air milik bersama.
Sebagai bangsa, kita masih punya harapan untuk hidup dan mengisi
hidup ini dengan mewujudkan berbagai pilihan yang telah diterjemahkan ke
dalam berbagai undang-undang, berbagai rencana, dan program yang telah
ditentukan atau ditetapkan sebagai sasaran yang harus dicapai demi
pemenuhan tujuan nasional secara bertahap.
Kita menilai sudah sejauh manakah pilihan-pilihan kita seperti
pembukaan lapangan kerja, pemberantasan kemiskinan, peningkatan mutu
pendidikan, mutu kesehatan dan gaya hidup masyarakat, pelibatan
masyarakat dalam pembangunan, pembenahan birokrasi yang siap memberi
pelayanan, dan pembenahan institusi-institusi pemerintahan agar lebih
bersih dan kuat sudah dicapai, belum dicapai, atau gagal dicapai.
Selain itu, semoga kita pun sudah menilai bagaimanakah keberhasilan
atau kegagalan kita di dalam memenuhi berbagai harapan ketika telah
menentukan berbagai pilihan yang harus dapat dicapai seperti
pemberantasan korupsi,
penanggulangan premanisme, kejahatan main hakim sendiri, dan
berbagai tindak kekerasan, penyelesaian skandal Bank Century, penuntasan
kasus kejahatan dalam perpajakan yang melibatkan polisi, jaksa, hakim,
pengacara, dan aparat atau pejabat pemerintahan yang lain dalam
jajaran vertikal atau horizontal.
Kita bukan saja menilai sebatas penilaian itu sendiri. Kita menilai
agar hasil penilaian itu menjadi acuan untuk melakukan perbaikan dan
penyempurnaan demi pencapaian tujuan nasional, masyarakat yang makmur
sejahtera. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar