Rabu, 03 April 2013

DUM SPIRO, SPERO

                                                              Dum Spiro Spero


SETIAP detik dan instan sesingkat apapun yang berlalu, selalu dapat disadari sebagai peluang dan kesempatan bagi manusia untuk hidup. Hidupnya ditandai secara sangat nyata oleh masih adanya nafas. Nafas bukanlah hidup atau nafas tidak sama dengan hidup. Namun, masih adanya nafas dalam diri manusia memberi pertanda yang tak terbantahkan bahwa manusia masih hidup.

Ada kearifan klasik yang menyatakan, dum spiro, spero, selagi kubernafas, selama itu aku tetap punya harapan. Di dalam hidup yang masih mengandung harapan itulah, manusia menentukan pilihan-pilihan sebagai sasaran atau tujuan yang harus diraih sebagai pemenuhan harapan dengan usaha dan perjuangan. Dengan meraih pilihan-pilihannya, manusia mewujudkan harapannya, dan sekaligus memberi arti bagi hidupnya, bagi hidup sesamanya, dan bagi kehadiran lingkungannya.

Hidup manusia yang penuh harapan yang bermuatan pilihan-pilihannya pasti berlalu bersamaan dengan berlalunya waktu. Betapa sia-sianya hidup ini jika berlalu tanpa adanya harapan untuk meraih pilihan.
Masa setahun harus diisi dengan harapan untuk menentukan pilihan-pilihan yang harus diperjuangkan agar membuat hidup ini lebih mulia, lebih bermartabat, dan membahagiakan.

Sebagai bangsa yang dibangun oleh rakyat yang terdiri dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat nusantara yang majemuk, kita pun sadar bahwa kita masih hidup atau eksis sebagai sebuah bangsa, yang mengorganisasikan diri dalam wujud sebuah Negara, lalu hidup bersama dan bekerja sama di atas sebuah tanah air milik bersama.

Sebagai bangsa, kita masih punya harapan untuk hidup dan mengisi hidup ini dengan mewujudkan berbagai pilihan yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai undang-undang, berbagai rencana, dan program yang telah ditentukan atau ditetapkan sebagai sasaran yang harus dicapai demi pemenuhan tujuan nasional secara bertahap.

Kita menilai sudah sejauh manakah pilihan-pilihan kita seperti pembukaan lapangan kerja, pemberantasan kemiskinan, peningkatan mutu pendidikan, mutu kesehatan dan gaya hidup masyarakat, pelibatan masyarakat dalam pembangunan, pembenahan birokrasi yang siap memberi pelayanan, dan pembenahan institusi-institusi pemerintahan agar lebih bersih dan kuat sudah dicapai, belum dicapai, atau gagal dicapai.

Selain itu, semoga kita pun sudah menilai bagaimanakah keberhasilan atau kegagalan kita di dalam memenuhi berbagai harapan ketika telah menentukan berbagai pilihan yang harus dapat dicapai seperti pemberantasan korupsi,

penanggulangan premanisme, kejahatan main hakim sendiri, dan berbagai tindak kekerasan, penyelesaian skandal Bank Century, penuntasan kasus kejahatan dalam perpajakan yang melibatkan polisi, jaksa, hakim, pengacara, dan aparat atau pejabat pemerintahan yang lain dalam jajaran vertikal atau horizontal.

Kita bukan saja menilai sebatas penilaian itu sendiri. Kita menilai agar hasil penilaian itu menjadi acuan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan demi pencapaian tujuan nasional, masyarakat yang makmur sejahtera. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar